09 Juli 2009

Bisnis Taman Bacaan Modal Sekardus Novel

MEDAN – Minat baca masyarakat Indonesia masih rendah. Begitu hasil penelitian Lembaga Survei Internasional. Selain harga buku sulit terjangkau, masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk membaca dan mengetahui informasi hingga tidak mempunyai waktu juga menjadi penyebabnya.



Begitupun pria setengah baya ini tak mengurungkan niatnya membuka kios Taman Bacaan (TB) untuk menyewakan dan menjual buku, novel, komik serta majalah bekas di samping rumah orangtuanya di Jalan Kenanga Raya Pasar VI Medan. Berawal dari hobi membaca dan mengumpulkan buku-buku yang telah habis dibacanya, dia pun rela menghabiskan waktunya mencari nafkah di kios yang berukuran 4×4 meter ini.

Asrul yang telah berusia 46 tahun tapi masih melajang ini sudah membuka usahanya sejak 17 tahun lalu setelah ia menyelesaikan pendidikan di Sekolah Tinggi Perbankan Nasional (Perbanas) Medan. Berbekal modal Rp 200.000 untuk membeli sekardus novel, komik dan majalah di pasar loak Sambu Medan yang isinya sekitar 200-an buku, dia kini telah dapat membantu merehab rumah orangtuanya dan membiayai kebutuhannya sehari-hari. “Saya juga sudah punya dua sepeda, karena saya suka membawanya daripada harus naik sepeda motor,” ujarnya.

Kini koleksi novel karangan penulis dari luar negeri dan dalam negeri serta komik-komik yang ada di toko bukunya sudah mencapai sekitar 500.000 lebih. Semuanya disusun rapi di rak-rak yang dibuatnya sendiri. Sekitar 50% buku yang dikelolanya ini masih banyak terbitan lama, beberapa di antaranya sampul depannya telah diganti karena banyak yang rusak dimakan rayap.

Sementara pendapatannya, Asrul mengaku pada awal-awal membuka usahanya, ia bisa memperoleh Rp 100.000 per hari hanya dari pelanggannya yang menyewa novel dan komik, yang mencapai sekitar 20 orang per hari, sedangkan dari yang membeli buku pelajaran dan majalah bekas, ia bisa mendapatkan Rp 50.000 perharinya. Namun, sejak tahun 2000-an hingga sekarang, peminat novel serta pembeli buku pelajaran semakin berkurang. “Sekarang hanya sekitar lima orang dalam per harinya saja pelanggan yang datang, semakin lama minat baca anak-anak sekarang sudah berkurang,” ujar lulusan Ilmu Ekonomi Keuangan tahun 1989 ini.

Padahal, katanya, novel yang disewakan masih dengan harga standar yakni Rp 2.500 hingga Rp 3.500 untuk novel, sedangkan untuk komik Rp 1.500 perbuah dengan waktu peminjaman selama tiga hari dan akan dikenakan denda sebesar Rp 1.500 perhari jika terlambat memulangkan novel. “Tapi banyak pelanggan yang tidak mau membayar biaya dendanya. Biasanya saya tidak mau mempermasalahkannya dan membiarkan mereka menyewa lagi. Bahkan banyak juga yang tidak memulangkan novel yang telah dipinjam,” ungkap Asrul dengan lugu.

Diakui Asrul, koleksi novel dan komiknya sudah terbitan lama. Karena sebagian buku yang dimilikinya berasal dari sumbangan para tetangga dan pelanggan-pelanggannya yang sudah sukses. Untuk itu, ia berharap pihak pemerintah memberi bantuan sumbangan buku-buku pelajaran, novel dan komik yang terbitan baru agar pelanggannya bertambah dan usahanya dapat terus berjalan seiring dengan meningkatnya kesadaran minat membaca anak-anak generasi muda. “Pelanggan saya ada yang sudah jadi dokter, jadi banyak buku ini sumbangan dari mereka dan tetangga,” akunya. Selain itu, tambahnya, ia juga banyak membeli buku dari penjual barang bekas (botot) dengan harga murah.

Meski peminat penyewa buku di kiosnya hanya sekitar 100 pelanggan yang telah didatanya, ia masih bisa menabungkan uangnya Rp 10.000 di celengan berbentuk sepatu sehingga yang bisa didapatnya dalam sebulan mencapai Rp 300.00 hingga Rp 500.000. Uang ini digunakannya untuk menambah koleksi dan perawatan buku -bukunya.”Tabungan saya ada di bank, tapi sudah lama jadi gak tahu apakah masih berlaku atau tidak, jadi lebih enak menabung di celengan aja, biar gampang mengambilnya jika butuh modal membeli buku lagi,” ungkap Asrul yang menjalankan usahanya sendirian, tanpa bantuan karyawan.

Menurut Novi, seorang mahasiswa USU yang telah menjadi pelanggannya selama 5 tahun ini, dirinya suka menyewa novel dan membeli buku-buku pelajaran di TB milik Asrul karena harga yang ditawarkan murah dan pemiliknya ramah dan tidak marah jika ia terlambat memulangkan novel yang dipinjamnya. “Abang ini baik sekali, kalau saya terlambat memulangkan novel dan bilang kalau tidak ada duit, maka dia gak memaksa dan membolehkan lagi meminjam novel yang lain,” ujarnya.

Bahkan, lanjutnya, banyak teman-temannya yang pernah meminjam novel di kios tersebut, tidak mengembalikannya lagi. Padahal data-data pelanggan seperti nama, alamat dan nomor telepon sudah dicatatnya, tapi tidak pernah dihubungi. “Abang ini tidak pernah marah, ia selalu baik kepada pelanggannya. Mungkin dengan sifat baik seperti ini, rezeki nya selalu ada dan usahanya terus jalan,” tuturnya dengan bangga. Saat itu Asrul sedang mencatat novel yang dipinjam Novi ke buku pelanggan, ia tampak memang menekuni bisnis ini.

Readmore »»

08 Juli 2009

Sabang = Minat Baca Rendah

SABANG - Rendahnya minat baca masyarakat Sabang menjadikan persoalan yang serius terhadap mutu pendidikan. Tentunya, hal ini juga menjadi keprihatinan bagi Pemerintah setempat untuk memajukan minat baca masyarakat di Pulau itu.



Pelaksana tugas (Plt) Dinas Perpustakaan Daerah Sabang, menyebutkan bahwa minat membaca di kalangan masyarakat umum masih kurang. Padahal, pihaknya telah berupaya mengadakan program-program yang salah satunya adalah pengadaan pustaka keliling ditingkat kelurahan.

“Walaupun mobil pustaka keliling berada di kampung-kampung, tapi peminatnya masih kurang. Kadang-kadang untuk meramaikannya terpaksa kami membujuk mereka untuk membaca,” katanya pesimis.

Menurutnya masyarakat di sekitar perpustakaan hanya sedikit berkunjung selama berdirinya perpustakaan ini. “Kampanye untuk menumbuhkan daya baca masyarakat perlu adanya revitalisasi sejak dini. Ya, lewat program lomba pidato, baca puisi dan melukis, seperti yang telah dilakukan minggu kemarin,” paparnya.

Selain minat baca, kami juga mengeluhkan tentang sumber daya personalia perpustakaan yang kini masih sangat kurang kemampuannnya dalam mengelola perpustakaan. “ Jadi, selain minat baca masyarakat rendah, SDM pustakawan juga perlu diperhatikan. Untuk apa banyak buku dan gedung besar kalau SDM nya tidak ada,” ketusnya.

Dalam menumbuhkan minat baca masyarakat, katanya, perlu keterlibatan Pemerintah Kota dalam memahami persoalan ini. Mengingat, kualitas pendidikan anak-anak di Sabang sangat terbatas. “ Dengan adanya dorongan Pemerintah setempat, dapat melaju dan mengurangi angka minat baca di daerah ini,” harapnya.

Readmore »»

06 Juli 2009

Bupati Bangun Children Center

NAGAN RAYA - Bupati Nagan Raya T. Zulkarnaini, meresmikan Gedung Children Center(CC) Baitul Iqra Permata Indah. Gedung yang berada di Desa Kuala Tripa, Kecamatan Darul Makmur ini merupakan fasilitas lengkap anak-anak pertama yang ada di Nagan Raya. "Bangunan ini sangat berguna bagi anak-anak kita sebagai pemenuhan hak-hak mereka baik dari bidang pendidikan, kesehatan, maupun tumbuh kembangnya," ujar Bupati Zulkarnaini saat acara peresmian yang dihadiri ratusan warga setempat.



Bupati menyatakan dukungan fasilitas seperti ini sangat berarti pada daerah tersebut. Membantu pada upaya pemenuhan kebutuhan-kebutuhan anak yang merupakan salah satu prioritas Nagan Raya.

Children Center yang pembangunannya digagas Yayasan KKSP (Pusat Pendidikan dan Informasi Hak Anak) dan Terre des Hommes (TDH) sejak enam bulan lalu tersebut memiliki fasilitas yang dilengkapi dengan Taman Kanak-kanak (TK), klinik, Taman Baca Al-Qur'an, pusat kreativitas anak, perpustakaan dan lapangan olah raga. Gedung yang memiliki fasilitas yang lengkap ini adalah satu-satunya di Nagan Raya.

Sebelumnya Manager Operasional KKSP Syamsul, menyatakan dukungan lembaganya dalam pembangunan gedung tersebut merupakan bagian dari perlindungan dan mempromosikan hak-hak anak berbasis masyarakat dan berbasis center.

"Salah satu program berbasis center ini adalah dengan membangun gedung Children Center yang lengkap, termasuk klinik dan taman baca Al Quran, sehingga nantinya anak-anak di Darul Makmur menjadi anak yang kreatif dan mandiri," ujar Syamsul.

Dalam kesempatan itu, Syamsul juga menyatakan pembangunan gedung CC di Nagan Raya didasari kebutuhan anak-anak di Kabupaten Darul Makmur terutama di Desa Kuala Tripa, Babah Lueng dan Drien Tujoh baik dari bidang pendidikan maupun kesehatan karena kurangnya lembaga pendidikan dan kesehatan memadai di daerah tersebut. Apalagi daerah ini relatif jauh dari kawasan ibukota Nagan Raya.

Dalam pembangunannya, partisipasi masyarakat Desa Kuala Tripa dan sekitarnya begitu kental, mereka turut berpartisipasi bergotong royong membersihkan lahan yang akan digunakan untuk pembangunan CC tersebut, bermusyawarah memberikan nama CC dan pembentukan komite yang akan bertanggungjawab dalam operasional TK tersebut.

"Kami berharap Pak Bupati dapat membantu pengadaan guru TK di CC pasca selesainya fasilitasi yang dilakukan KKSP tahun 2011 nanti. Selain itu, ke depannya kami berharap kabupaten ini juga memiliki Qanun Perlindungan Anak sehingga upaya-upaya memberikan yang terbaik bagi anak semakin baik," ujar Syamsul.

Sebagai tanda syukur selesainya gedung tersebut, masyarakat Desa Kuala Tripa memasak daging kerbau yang disantap bersama dengan Bupati Zulkarnaini dan dilanjutkan dengan dialog antara bupati dengan masyarakat desa.

Readmore »»

Pacu Minat Baca Generasi Muda

Meulaboh, Lomba Membaca digelar di halaman Kantor Arsip dan Perpustakaan Kabupaten Aceh Barat. Tujuannya, menggalakan minat baca pada generasi muda. Hal itu dibenarkan Kasubag Kantor Arsip dan Perpustakaan Aceh Barat, Yanmis Wardi SEdi Meulaboh.



Lebih lanjut dikatakan Yanmis, berbagai cara dilakukan pihak Arsip dan Perpustakaan Aceh Barat, guna tetap menjaga semangat membaca para anak - anak. Seperti perlombaan membaca yang setiap tahun digelar. Dengan membaca dapat menambah ilmu pengetahuan mereka dan keluar dari lingkup kebodohan.

Acara seperti ini, kata Yanmis Wardi SE, merupakan kegiatan tahunan yang kita gelar. Perlombaan ini selain menjadi tempat para anak menampilkan kemampuan diri mereka, juga menjadi perangsang bagi anak didik agar giat membaca berbagai ilmu pengetahuan,jelasnya. Perlombaan kali ini diikuti oleh 30 sekolah SD/MI sederajat di Meulaboh.

Sementara itu, Dinas Pendidikan setempat menurunkan tiga orang tim juri. Mewakili juri, Drs Marsono menjelaskan, penilaian kami lakukam dari disiplin ilmu kebahasaan dan non kebahasaan. Bupati Aceh Barat, Ramli MS mengucapkan terimakasi kepada para penyelengara.

Readmore »»

24 Juni 2009

Minat Baca Masyarakat Masih Kurang

BIREUEN - Bupati Bireuen, Nurdin Abdul Rahman, mengatakan hingga kini minat membaca masyarakat Bireuen khususnya dan Aceh umumnya masih kurang. Karena itu, diperlukan upaya untuk membangkitkan kembali minat membaca di kalangan masyarakat. Hal tersebut dikatakan Bupati Bireuen, Nurdin Abdul Rahman, saat membuka Pameran Buku dan Foto-foto Bersejarah Tempo Doeloe, di halaman meuligo bupati setempat, kemarin. Acara bertemakan ‘Aceh Membaca Aceh Berjaya’ kerja sama Badan Arsip dan Perpustakaan Aceh dengan Kantor Arsip dan Perpustakaan Bireuen itu berlangsung hingga Jumat (26/6) mendatang.



Menurutnya, untuk membangkitkan kembali generasi membaca, perlu merangsang dan memotivasi masyarakat untuk mau membaca. Caranya, kata Nurdin, dengan menyediakan berbagai fasilitas, seperti taman bacaan, perpustakaan keliling, dan buku-buku bacaan yang lengkap baik buku pengetahuan umum, agama, maupun berbagai macam jenis buku bacaan lainnya. “Selain itu, juga perlunya inisiatif warga untuk membaca dengan tujuan supaya menambah ilmu pengetahuan,” ujar Bupati.

Sementara Kepala Badan Arsip dan Perpustakaan Aceh, Kamaruddin H Husin, kepada Serambi, mengatakan, saat ini pemerintah sedang menggalakkan minat membaca bagi seluruh maayarakat Aceh. Salah satu caranya, sebut Kamaruddin, dengan menggelar pameran-pameran buku dan foto-foto bersejarah di sejumlah kabupaten. Tujunnya. lanjut Kamaruddin, untuk mendekatkan akses masyarakat dengan aset perpustakaan dan memotivasi masyarakat dalam meningkatkan minat membaca.

Readmore »»

Angka Buta Aksara di Asahan Menurun

KISARAN - Dibandingkan tahun 2008, jumlah angka masyarakat buta huruf di Kabupaten Asahan mengalami penurunan pada tahun 2009, Hal itu dikatakan Kasi Statistik Sosial pada Badan Pusat Statistik (BPS) Asahan Rika Ventina kepada Wartawan, Jum’at (19/6) di ruang kerjanya.



Menurutnya, pada tahun 2008 angka buta huruf mencapai 4,21 persen dari jumlah keseluruhan penduduk di Asahan, namun pada perhitungan sementara tahun 2009 menjadi 4,14 persen atau menurun 0,7 persen. ”penurunan angka ini disebabkan adanya program pelatihan membaca bagi para lansia yang buta aksara, sehingga terjadi angka penurunan terhadapmasyarakat yang buta huruf meskipun sedikit. Papar Rika.

Kasi Statistik Sosial BPS Asahan itu juga menambahkan, Pemerintah selalu berusaha untuk menurunkan angka buta – buta huruf hingga nol persen. Untuk itu, pemerintah melaksanakan program Pendidikan Ank Usia Dini (PAUD). Dengan adanya PAUD, anak – anak terbiasa dengan huruf abjad dan mudah mengajari mereka membaca setelah masuk sekolah dasar. Ujar Rika.

Rika dalam kesempatan itu juga memaparkan tentang masyarakat yang dominasi angka buta huruf di Asahan. Angka buta huruf di Asahan masih di dominasi oleh lansia dan siswa SD kelas satu hingga tiga. Bila masih anak- anak mudah mengajarinya membaca, namun bila sudah tua mungkin sedikit sulit, Rika.

Readmore »»

23 Juni 2009

8.060 Warga Pidie Buta Huruf

SIGLI – Dari 360.318 penduduk di Kabupaten Pidie tercatat sebanyak 8.060 jiwa mengalami buta huruf. Paling banyak angka tersebut terjadi di Kecamatan Titeu mencapai 503 orang, yang terdiri dari 283 perempuan dan 220 orang laki-laki. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pidie, Drs H Bukhari Thahir mengaku angka buta huruf di Pidie bisa dimaksimalkan dengan 730 desa. Artinya di tiap-tiap desa tercatat jumlah orang buta huruf sampai enam atau tujuh orang. “Saya rasa itu wajar,” kata Bukhari.



Dia mengaku pihaknya sudah melakukan berbagai langkah dalam mengantisipasi angka buta huruf di antaranya melakukan program kejar paket a. Hal ini diakui sangat mempengaruhi angka buta huruf tahun lalu mencapai 18.000 lebih. “Artinya terjadi penurunan dari tahun lalu,” katanya. Dari data diterima Serambi, jumlah buta huruf tertinggi setelah Titeu adalah Kecamatan Padang Tiji mencapai 494 orang (259 laki-laki dan 235 perempuan) dari 17.152 penduduk. Lalu Kembang Tanjung mencapai 472 jiwa dari 19.303 jumlah penduduk di sana.

Sedangka angka terkecil jumlah buta huruf adalah di Kecamatan Peukan Baro hany 80 orang (28 laki-laki dan 52 perempuan) dari 15.626 penduduk yang tersebar di 48 desa daerah itu. Sedangkan di kecamatan lain berkisar antara 100 hingga 300 lebih penderita buta huruf ini.

Readmore »»

15 Juni 2009

Kak Seto=Minat Baca Berkurang

Jakarta - Ketua Komnas Perlindungan Anak Seto Mulyadi menilai minat baca di kalangan anak-anak dewasa ini mulai berkurang akibat pengaruh perkembangan teknologi. "Sekarang minat baca berkurang. Anak-anak lebih suka bermain handphone atau berjam-jam di depan televisi untuk bermain ’game’ ketimbang membaca," kata Seto Mulyadi di Jakarta, Jumat.



Menurut dia, saatnya kini para orang tua perlu memainkan peran untuk menumbuhkan kembali minat baca pada anak-anak.

Caranya bisa dengan membacakan cerita dongeng kepada anak-anak baik pada saat menjelang tidur, atau pada waktu senggang, kata Seto Mulyadi atau lebih dikenal dengan nama Kak Seto itu.

Menurut praktisi ’home schooling’ yang juga Ketua Umum Asah Pena (Asosiasi Sekolah Rumah dan Pendidikan Alternatif Indonesia) ini, bercerita atau membacakan buku cerita untuk anak memiliki banyak manfaat.

Manfaat tersebut, di antaranya meningkatkan kemampuan konseptual, mendengar, berbahasa, berkomunikasi verbal dan memecahkan masalah, katanya.

Aktivitas ini juga mampu meningkatkan daya imajinasi dan kreativitas, pengetahuan, serta kecerdasan emosional anak, katanya.

Dia mengatakan secara psikologis rutinitas mendongeng ini juga mempererat hubungan emosional antara para orang tua dan anak-anak.

Karena itu dia mengajak para orang tua untuk menumbuhkan kembali semangat membaca pada anak-anak dengan memulai membacakan cerita.

Readmore »»

Duta Baca Masuk Desa

Pertengahan minggu lalu, dalam acara Gemari Show, Gerakan Masyarakat Mandiri, di televisi nasional, yang disponsori Yayasan Damandiri, terjadi kejutan. Acara yang biasanya diisi dialog Menteri dan pemimpin bangsa tentang masalah-masalah aktual itu berubah menjadi gelar pemilihan juara Duta Baca Nasional. Acara itu secara kumulatif diikuti lebih dari 876 peserta dari seluruh Indonesia. Para peserta terdiri dari remaja yang duduk di Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Pertama dan Sekolah Lanjutan Atas. Acara dua tahunan itu disponsori Klub Perpustakaan Indonesia (KPI), yang tidak bosan-bosannya mengajak remaja untuk mencintai buku, membaca, memahami isinya, dan diharapkan meneladani makna yang berguna untuk membangun keluarga dan bangsa yang adil dan sejahtera.



Pemilihan Duta Baca 2009 dilakukan secara bertahap dari tingkat daerah, namun karena diselenggarakan secara sederhana oleh organisasi swasta, gaungnya belum menonjol. Ada kesan bahwa pemilihan Duta Baca tersebut kalah bersaing dengan pemilihan ratu kecantikan atau pemilihan penyanyi melalui televisi dengan latar belakang yang gemerlapan. Karena itu, biarpun kegiatan ini telah berlangsung beberapa tahun, jarang atau relatip sedikit yang mengetahui adanya kegiatan tersebut dibandingkan dengan jumlah anak usia sekolah yang melimpah.

Padahal Panitia sudah bekerja sangat keras. Juara Duta Baca tahun ini memperoleh piala dari Ibu Negara, Ibu Ani Bambang Yudhoyono dan Ibu Mufidah Jusuf Kalla, suatu kehormatan yang sangat tinggi dan bisa dijadikan tradisi untuk tahun-tahun yang akan datang. Kenyataan itu merangsang Yayasan Damandiri, yang peduli terhadap pembangunan sumber daya manusia, pengentasan kemiskinan dan pengembangan ekonomi kerakyatan untuk mendukung kegiatan KPI, yang dipimpin oleh Ibu Adwiyani Subagyo itu menampilkan proses pemilihan juara Duta Baca di layar televisi. Yayasan Damandiri berharap penampilan juara Duta Baca tersebut merangsang semua pihak memberi perhatian yang lebih tinggi terhadap kegiatan serupa di masa depan. Upaya membangun budaya baca menjadi agenda nasional yang menarik dan gegap gempita.

Kita menyarankan agar para peserta Duta Baca, utamanya juara-juara dari berbagai tingkatan segera membentuk klub atau Kelompok Gemar Membaca dengan keanggotaan teman-teman sekolahnya serta remaja sebaya yang tidak sempat bersekolah atau drop out karena alasan kemiskinan atau orang tua mereka kena musibah. Dalam klub atau kelompok itu dilakukan tukar menukar buku, diadakan diskusi tentang buku yang dibaca, diadakan lomba tentang pemanfaatan materi atau isi buku yang dibaca. Para remaja dan orang tua sekitar diajak menjadi penasehat, atau diundang dalam diskusi buku. Dengan cara itu setiap anggota berlatih menjadi pemimpin diskusi, menguasai materi buku yang dibaca, menjadi pembahas, menjawab pertanyaan atas dasar fakta bacaan, dan tidak ngenyel debat kusir, melindungi diri karena tidak menguasai materi yang diperdebatkan. Remaja berdebat bukan untuk menang debat, tetapi menambah pemahaman atas materi yang dibaca dan, apabila memungkinkan, mempergunakan materi yang dibacanya itu untuk memperkuat pengembangan dirinya.

Para juara Duta Baca dan anggota Klub atau Kelompok Gemar Membaca sebaiknya diprogramkan bergabung dengan remaja pedesaan dan mengadakan acara pada setiap hari Sabtu atau Minggu, sambil berekreasi mengenal pedesaan, mengajak anak-anak desa, baik yang sedang sekolah maupun yang putus sekolah, ikut serta dalam kegiatan pengembangan Pos Pemberdayaan Keluarga (Posdaya). Kebersamaan anak-anak remaja itu, sebaiknya diatur dalam kelompok-kelompok kecil, seperti klub, seperti dalam gerakan Pramuka, diarahkan untuk merangsang pertumbuhan Posdaya di pedesaan. Bersama dengan keluarga di kampung yang dipilihnya, anak-anak remaja itu merangsang pembentukan Posdaya, kalau di desa atau dukuh itu belum mada kegiatan Posdaya. Kalau di desa itu Posdaya sudah terbentuk, anak-anak remaja itu bisa membantu mempersiapkan kegiatan rutin Posdaya dengan sajian khusus, yaitu membacakan, atau meringkaskan isi buku-buku yang berguna untuk masyarakat setempat.

Buku yang dibaca pada setiap pertemuan harus diusahakan buku yang sangat bervariasi, berguna untuk meningkatkan kegiatan wirausaha, misalnya pengalaman pengusaha yang berhasil, jenis usaha yang sedang menonjol, atau kesempatan dan cara-cara memperolah dana dari bank dengan mudah. Bisa juga tentang cara memperoleh bahan baku, cara pengolahan yang lebih modern, atau tehnik pemasaran yang menghasilkan untung besar. Bahkan, apabila memungkinkan, Posdaya itu bisa ditolong dengan model pemasaran melalui internet yang dipelajari di sekolah. Atau ditawari dibuatkan situs yang dititipkan pada komputer yang ada di sekolahnya sehingga para anggota Posdaya yang mempunyai produksi khusus dan menarik bisa menerima pesanan melalui internet yang dibantu oleh siswa yang datang ke desa tersebut.

Anak-anak remaja itu bisa juga membantu dalam pendidikan dan ketrampilan lainnya. Mereka bisa membantu mendirikan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dengan mengajak para orang tua untuk tidak menunggu anak-anaknya tetapi langsung berlatih ketrampilan. Pada waktu anak balitanya ikut PAUD, orang tua berlatih, dan setelah selesai kursus langsung mengambil anaknya kembali untuk pulang bersama. Apabila orang tuanya sudah mahir bisa dititipkan kepada pengusaha setempat sehingga kegiatan PAUD bisa dibiayai untuk lebih panjang dan orang tuanya bisa bekerja lebih leluasa untuk mengembangkan keluarga sejahtera.

Duta Baca masuk desa bisa menjadi tema yang menarik untuk membangun budaya baca di kalangan masyarakat luas. Kegiatan ini harus, bukan saja perlu, didukung oleh banyak kalangan, utamanya pemerintah daerah, bupati, walikota, camat, kepala desa, dan jajaran pendidikan seperti kepala sekolah, guru, dan siapa saja yang peduli terhadap masa depan anak bangsa. Dengan menjadi Duta Baca dan memperkenalkan kemampuannya kepada masyarakat luas di pedesaan, niscaya akan memupuk rasa percaya diri dan kemampuan, yang sangat berguna mengantar anak muda bangsa menjadi pemimpin masa depan yang bermutu dan dicintai rakyat. Insya Allah.

Readmore »»
 
Gerakan Membaca © 2007 Template feito por Templates para Você